Kehidupan dalam perkawinan bukan hanya indah, bukan hanya agung tapi juga mulia. Keindahan bisa berubah karena gairah bisa berkurang dan bisa bertambah. Keagungan bisa sementara teraling mendung. Namun kemuliaan tetap ada, tetap sama, selamanya. Sebab kemuliaan adalah ketika kita menunjukkan bahwa kita layak mencintai dan dicintai, seabagai sesama manusia. Kemuliaan adalah memuliakan kuasaNya (Sudesi:447).

Terus terang ini kali pertama saya membaca karya Arswendo Atmowiloto. Ketika pertama kali melihat di toko buku, wujudnya memang menarik perhatian dengan cover berwarna putih dengan judul besar dan nama pengarang yang tak kalah besar. Narsis.Masih saya ingat dengan jelas gumaman saya kala itu. Toh buku itu tetap saya beli juga. Mambacanya, hampir 3 minggu! Sebuah waktu yang lama. Saya baca ketika senggang di waktu padatnya pekerjaan, antri di ATM, sarapan pagi di dining room kantor, makan siang, atau di mana saja dengan membaca barang satu atau dua halaman.

Tulisan sebanyak 474 halaman ini sangat sarat dengan tokoh. Terbagi menjadi beberapa segmen cerita dengan isi yang berbeda-beda. Tiga perempat bagian buku ini sangat membosankan. Dibawa berkeliling oleh pengarang ke mana-mana tanpa fokus yang jelas dan apa yang sebenarnya yang mau dibahas selain kehidupan sang tokoh, ada yang glamour, setengah glamour. Tidak ada yang miskin di sini walaupun ada cerita bersetting penjara. Penjelasan berulang kali disampaikan bahwa sebenarnya laki-laki sukses dengan perempuan di baliknya. Ah lagi-lagi saya membaca buku sesuai dengan gender. Tidak sengaja, tapi mungkin menambah khasanah saya memandang hidup.

Sudesi, singkatan Sukses Dengan Satu Istri. Sub judul atau menerangkan yang diterangkan tertera di cover buku ini. Berbentuk bulat seperti chop. Tidak penting sebenarnya. Tanpa “chop” ini seharusnya menambah keingintahuan calon pembeli untuk mengetahui jauh lebih dalam isinya. Ehem, kalau memandang dari segi materi, yang pasti tidak lepas dari kepala si pengarang selain idelalisme menulis itu sendiri. 

Seperti yang dibilang tadi, buku ini kebanyakan tokoh. Ada Erwin, Meiti, Jati Sukmono, Abdul Ghani, Ina, Paulina, Asri Sukmono, Agus Langgeng, Leila, Bambang, Uum dan sederet lainnya. Yang sebenarnya di seperempat buku ini akhirnnya sedikit nyambung. Cuma sedikit dan ending yang dipaksakan happy. Seperti kebanyakan novel lain, dibuat happy ending supaya tidak bikin mangkel hati yang membaca. Intinya sih cuma satu, setia dengan istri itu tidak ada ruginya. Gender lagi! Hahaha..Tapi memang ada benarnya. Bahwa laki-laki memang makhluk yang harus dipahami dengan baik. Laki-laki bilang, kami ini para perempuan, makhluk misterius dan harus dipahami betul-betul. Ah, kami juga menggangap kalian seperti itu hai laki-laki!

Buku ini sedikit banyak memberi banyak nasihat bahwa nantinya kami, perempuan-perempuan yang masih melajang ini (saya pasti akan tersenyum nantinya ketika membaca kalimat ini suatu hari nanti), harus mampu melayani suami dengan baik kelak. Mengabdi sepenuhnya dan sayang dengan anak. Secara garis besar,disini cerita yang dipaparkan tidak berat sebelah.Sama-sama imbang karena sisi keburukan perempuan diceritakan,begitu juga keburukan laki-laki dalam cerita ini diceritakan cukup banyak walau tidak mendetil. Kalau terlalu detil malah jangan-jangan tidak layak terbit.

Setia dengan satu pasangan, bukan berarti tetap beristri satu tapi bisa selingkuh kanan kiri. Sukses dengan satu istri tentunya benar-benar dengan satu istri tanpa ada selingkuhan. Memiliki satu dengan empat rasa berbeda, itu kata rekan sekantor saya tatkala ada email muncul di hari Jumat sebagai penyejuk iman dan penambah pengetahuan agama. Ya ya, kalian laki-laki memang sudah seharusnya punya istri satu saja. Satu dengan empat rasa berbeda sebagai  karunia dari Tuhan. Walaupun ujug-ujugnya ketika sedang berkumpul dengan sesama laki-laki yang dibicarakan pasti perempuan (ssstt..ini bocoran dari bos saya selepas makan siang, sekaligus obrolan ringan di ruangan berisi beberapa orang yang sedikit menasihati pentingnya perempuan di kehidupan mereka dan bagaimana merawat pemberian Tuhan supaya suami tidak “lari” atau melirik perempuan lain ).Iya pak, semoga berguna nantinya…