Rona, sudah tidurkah?
Aku tak bisa tidur cepat seperti dulu, waktu kita bergandengan tangan menyusuri sore dengan kaus kutang dan celana dalam saja. Sementara poni dan kuncir kuda-ku bergoyang-goyang, kau berjalan di sisiku dengan sandal yang kebesaran.
Malam ini, bolehkah kau datang sebentaaaar saja. Pasti kau tahu bagaimana nada memohon itu kuucapkan kan? Aku sudah menghadap dinding oranye kamarku sedari tadi. Menunggu lenganmu yang tak begitu kekar menarikku ke dalam. Kemudian kau akan bertanya padaku seperti biasa, kau ingin apa? Dan aku akan menjawab, ingin pagi. Tiba-tiba suara Murai bersahutan, paman matahari datang dengan senyumnya yang tak begitu lebar sambil menghisap cerutu dan mawar-mawar bermekaran. Kemudian akan kukatakan, aku ingin Lily merah yang besar. Ah, kau selalu lupa bahwa aku menyukainya.
Sampai kemudian kukatakan, aku ingin sore. Ingin malam! Ingin pagi lagi sambil berteriak kegirangan dan terkikik. Dan kau akan menarik cuping hidungku sampai merah.
Rona, mana tangan hangatmu? Aku ingin digandeng sampai menuju bangku taman bercat biru itu. Terkadang aku butuh kau, untuk menemani langkahku yang gontai menempuh jarak terdekat sekalipun. Bukankah begitu, karena sebelumnya aku berlari sendirian menujumu tadi.
Rona, aku lupa bagaimana cara tertidur dengan cepat. Padahal di sanalah aku dengan mudah bertemu denganmu, menuju tamanmu yang warna-warni. Aku ingin sesederhana semua yang kita punya saat kecil dulu. Saat kau menarik rambutku dan aku membalas dengan mendorongmu sampai terjatuh. Kemudian aku menangis pulang karena rambutku acak-acakan. Esoknya kau tetap akan membagi kue coklat atau es krim vanilla yang tak kau suka itu. Atau kau akan tetap meminjami mobil-mobilan kayu berwarna coklat yang kubawa hingga tidur. Karena cita-citaku waktu itu adalah menaiki mobil itu denganmu jika sudah boleh memakai sepatu tinggi seperti Ibu.
Rona sayang, beberapa hari lalu mereka bilang kau adalah selingkuhanku. Aku tergelak, sampai perutku sakit kala itu. Kau pun pasti akan tertawa mendengarnya.
Aku menyayangimu, dan kita akan menikahi pikiran masing-masing di balik dinding oranye. Segera, setelah kau selesai menghias ruangan dengan Lily merah kesukaanku.
Leave a Response »